Jogja.WahanaNews.co - PT PLN (Persero) kembali menegaskan pentingnya kolaborasi global dalam mengatasi perubahan iklim dunia saat ini.
Hal tersebut disampaikan Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo dalam diskusi panel yang merupakan salah satu rangkaian perayaan Milad ke-111 tahun Persyarikatan Muhammadiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Yogyakarta, Jumat (17/11/23).
Baca Juga:
PLN di COP28: Menghapus Batu Bara, Langkah Kritis untuk Mengurangi Emisi Karbon
Bertajuk "Global Forum for Climate Movement: Promoting Green Culture, Innovation, and Cooperation", rangkaian ini sukses melibatkan akademisi, praktisi, sekaligus pembuat kebijakan dari 13 negara. Adapun 13 negara yang terlibat antara lain Malaysia, Filipina, Singapura, Belanda, Kenya, Papua Nugini, Inggris, Australia, Maroko, Norwegia, Jepang, Amerika Serikat, dan Vatikan.
Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam sambutannya mengatakan Muhammadiyah ingin membawa isu ini sebagai komitmen bersama untuk menyelamatkan dan merawat lingkungan. Salah satunya sinergi PLN dengan komunitas global.
“Sebab ini adalah tanggung jawab kita sebagai manusia dan tanggung jawab sebagai muslim yang diberi tugas menjadi khalifatullah untuk merawat lingkungan dan menciptakan kemakmuran di muka bumi,” ujarnya.
Baca Juga:
Indonesia Hematkan 13 GW Batu Bara, PLN Sukses Kurangi Emisi 1,8 Miliar Ton Karbon
Dalam kesempatannya pada sesi diskusi panel bertajuk "Innovation for Climate Resillience: Highlinghting Innovative Projects, Technologies, and Strategies Aimed at Addressing Climate Change adn Building Resillience", Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menyerukan pentingnya kolaborasi global untuk mempercepat penanggulangan perubahan iklim.
"Kunci untuk memerangi perubahan iklim adalah bagaimana komunitas global berubah dari terfragmentasi menjadi bersatu menjadi berjuang,” ujar Darmawan.
Darmawan menjabarkan, setiap ton emisi CO2 yang timbul antara satu tempat dengan tempat lainnya akan menimbulkan dampak kerusakan yang sama. Karena itu, guna melawan perubahan iklim tidak bisa hanya satu negara atau institusi saja melainkan seluruh pihak.