"Memang disubsidi petani. Sebab duit Pungutan Ekspor (PE) US$ 365/Ton CPO yang dipakai untuk mensubsidi biodiesel dan minyak goreng itu adalah duit petani sawit juga,” kata Gulat, Rabu (6/4).
Gulat mengatakan, faktanya ketika PE terbaru tersebut digulirkan, harga tandan buah segar (TBS) petani langsung tertekan hampir Rp 800 per Kg TBS dari sebelumnya sudah Rp 4.500 per Kg TBS. Gulat menyatakan, petani kelapa sawit sangat merasakan dampak PE tersebut.
Baca Juga:
Jadi Sorotan, Segini Besaran Tunjangan Pegawai Pajak dan Bea Cukai yang Diprotes Netizen
Tidak butuh 24 jam karena sebelum kebijakan tersebut berlaku pasar sudah meresponnya. Jadi, wajar jika dapat dikatakan bahwa petani kelapa sawit juga telah ikut mensubsidi kepentingan negara ini.
“Kami tidak keberatan, namun sebaliknya "bangga" sudah berguna untuk bangsa ini. Tapi, giliran kepentingan petani sawit (kelompok tanaman perkebunan) tentang pupuk kami tidak masuk dalam kelompok petani yang diprioritaskan,” kata Gulat.
Gulat mengungkapkan urusan biosolar juga begitu.
Baca Juga:
Soroti 3 Kasus Viral Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Mobil angkutan TBS petani tidak boleh memakai biosolar, ini hampir berlaku disemua SPBU di 22 Provinsi Apkasindo.
Padahal yang membayar selisih harga solar dengan CPO tersebut adalah duit PE juga, yang notabene merupakan uang pekebun sawit rakyat juga.
“Sekali lagi saya sampaikan kami bangga, sebagai garda terdepan stabilisator perekonomian negara ini. Tapi ya sesekali yang prinsip-prinsip diperhatikanlah kami petani sawit ini,” ujar Gulat.