Jogja.WahanaNews.co, Yogyakarta - Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyatakan bahwa perilaku heteroseksual masih menjadi faktor risiko utama penyebaran Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di wilayah kota tersebut.
"Rata-rata penderita (HIV/AIDS) yang tertinggi berusia 20 sampai 29 tahun. Tetapi terpaparnya kan sebelumnya, berarti saat remaja mereka sudah terpapar," kata Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Menular (P2M) dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta Endang Sri Rahayu di Yogyakarta, Jumat (20/9/2024).
Baca Juga:
MPW Pemuda Pancasila Riau-BPJS Ketenagakerjaan Gelar Sosialisasi Jaminan Sosial Pekerja Informal
Endang mengatakan jumlah akumulasi kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta, sejak 2004 hingga September 2024, mencapai 1.941 kasus yang terdiri atas 1.619 kasus HIV dan 322 kasus AIDS.
Menurut dia, perilaku heteroseksual menduduki urutan tertinggi HIV/AIDS dengan 939 kasus, disusul homoseksual atau lelaki suka lelaki (LSL) menduduki urutan terbanyak kedua mencapai 456 kasus.
"Selain heteroseksual, LSL memang menjadi pemicu cukup tinggi kasus HIV/AIDS selama tiga tahun terakhir," ujar Endang.
Baca Juga:
Paritrana Award 2024, Wapres Paparkan Tiga Strategi Kunci Penguatan
Berikutnya berasal dari pengguna jarum suntik 79 kasus, biseksual 43 kasus, penularan dari ibu ke anak 21 kasus, dan sisanya sebanyak 392 kasus tidak diketahui penyebabnya.
"Untuk di Kota Yogyakarta sebaran kasus HIV merata. Tidak ada yang paling tinggi atau paling rendah," ujar dia.
Meski terus bertambah, tren kasus HIV/AIDS di Kota Yogyakarta mengalami fluktuasi setiap tahun.