Untuk menekan penambahan kasus, kata Endang, Dinkes Kota Yogyakarta mengintensifkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat, khususnya populasi khusus yang rentan terjangkit seperti komunitas LSL, waria, maupun ibu hamil yang rentan menularkan HIV/AIDS ke anak.
Penyuluhan itu bekerja sama dengan dinas sosial dan sejumlah LSM pendamping.
Baca Juga:
Tarif Kelas II BPJS Dikabarkan Naik Jadi 400 Per Agustus 2024, Cek Faktanya!
Selain itu, skrining juga digencarkan melalui pemeriksaan tes "Voluntary Counseling and Testing" (VCT) untuk mengetahui apakah seseorang positif atau negatif HIV/AIDS.
"Skrining diutamakan pada populasi khusus dengan 'VCT' atau 'VCT mobile'. Populasi khusus kami sasar karena paling berisiko," kata dia.
Endang juga mengimbau kepada penderita atau orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di wilayah ini mengakses pengobatan secara gratis di seluruh Puskesmas.
Baca Juga:
Pindah Rujukan BPJS Kesehatan, Bisakah ke Rumah Sakit Dekat Rumah?
Menurut dia, seluruh Puskesmas dan 13 rumah sakit di Kota Yogyakarta mampu melakukan pemeriksaan dan pengobatan HIV/AIDS.
"Untuk pengobatan kami mengikuti alur BPJS dan obatnya pun gratis karena ditanggung Kemenkes," ujar Endang.
[Redaktur: Amanda Zubehor]