JOGJA.WAHANANEWS.CO, Kulon Progo - Permasalahan sampah di Kulonprogo semakin kompleks akibat meningkatnya volume sampah yang dipicu oleh pertumbuhan penduduk, perkembangan sektor pariwisata, dan maraknya berbagai event besar.
Kurangnya infrastruktur pengelolaan sampah juga menjadi tantangan serius, terutama di TPS Banyuroto, Nanggulan, yang kini kewalahan menampung sampah.
Baca Juga:
Pasang Tenda Hajatan Warga Kulonprogo Tewas Tersengat Listrik
Hal ini diungkap dalam Sosialisasi Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2024 tentang Pengelolaan Sampah, yang digelar di Pengasih, Sabtu (8/2/2025).
Hadir sebagai narasumber Muhamad Fauzy, Penyuluh Lingkungan Hidup Ahli Pertama Dinas Lingkungan Hidup Kulonprogo, dan Pancar Topodriyo SE, Anggota DPRD Kabupaten Kulonprogo dari Fraksi PDI Perjuangan.
Kurangnya Infrastruktur Pengelolaan Sampah
Baca Juga:
Seorang Pemuda di Kulonprogo Hilang Terbawa Arus Saat Mencari Ikan
Menurut Pancar Topodriyo, meskipun beberapa wilayah sudah memiliki Tempat Pembuangan Sampah TPS, belum semua daerah memiliki Tempat Pembuangan Akhir TPA yang memadai. Salah satu contohnya adalah TPA Banyuroto, yang kapasitasnya semakin terbatas.
"Di banyak wilayah, sistem pengelolaan sampah masih belum terintegrasi dengan baik. Ini menyebabkan tumpukan sampah yang sulit dikendalikan, terutama di kawasan wisata dan saat musim liburan," ujar Pancar.
Ia juga menyoroti bahwa sektor pariwisata di Kulonprogo belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang optimal. Saat libur panjang, banyak sampah dari wisatawan yang tidak terkelola dengan baik, berpotensi mencemari lingkungan.
Sebagai solusi, Pancar mengusulkan pemanfaatan Dana Keistimewaan Danais dan Dana Desa DD untuk mendukung pengelolaan sampah di tingkat kalurahan.
"APBD kita sangat kecil, sehingga untuk menangani sampah secara maksimal perlu mengoptimalkan Danais dan Dana Desa. Harapannya, masalah sampah bisa diselesaikan langsung di tingkat kalurahan," jelasnya.
Sementara itu, Muhamad Fauzy dari DLH Kulonprogo menyoroti sampah plastik sebagai tantangan utama, karena sulit terurai dan membutuhkan waktu lama untuk hancur.
"Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memilah dan membuang sampah pada tempatnya memperburuk kondisi ini. Pendidikan dan sosialisasi harus terus ditingkatkan," ungkap Fauzy.
Beberapa langkah yang tengah dilakukan untuk menekan jumlah sampah di Kulonprogo antara lain:
- Peningkatan infrastruktur pengelolaan sampah, termasuk pembangunan TPS yang lebih banyak dan modern.
- Edukasi masyarakat tentang pentingnya memilah sampah, agar sampah organik dan anorganik bisa dikelola lebih efektif.
- Peningkatan keterlibatan sektor swasta dalam pengelolaan sampah, termasuk kerja sama dengan industri daur ulang.
Permasalahan sampah di Kulonprogo membutuhkan solusi menyeluruh yang melibatkan pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan akademisi.
Infrastruktur yang lebih memadai, kebijakan yang jelas, serta partisipasi aktif warga dalam memilah dan mengolah sampah adalah langkah krusial yang harus segera diimplementasikan.
Jika tidak segera ditangani, peningkatan volume sampah ini dapat mengancam lingkungan, pariwisata, dan kesehatan masyarakat Kulonprogo.
[Redaktur: Amanda Zubehor]