"Untuk itu, kami merasa tepat memilih Bali sebagai tujuan studi banding karena Subak telah lebih dahulu ditetapkan sebagai warisan budaya dunia pada 2012 silam. Bahkan hingga saat ini, masih konsisten mempertahankannya. Kami berharap dengan kunjungan ke Bali, dapat menjadi sarana untuk diskusi terkait pelestarian cagar budaya dan objek pemajuan kebudayaan. Sehingga, bisa kami adaptasi dan diimplementasikan pada pengelolaan Sumbu Filosofi Yogyakarta," katanya.
Sementara itu, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XV Abi Kusno mengatakan tantangan pengelolaan subak, yakni konversi lahan pertanian, dampak revolusi hijau, risiko bencana hidrometeorologi, regenerasi petani, lemahnya kelembagaan subak.
Baca Juga:
10 Daftar Situs Warisan Dunia UNESCO Paling Terindah
Selain itu, kebutuhan finansial tinggi dalam penyelenggaraan upacara, dan pemberlakuan pajak dinilai memberatkan petani, serta ketiadaan badan/dewan pengelola.
"Kami mengupayakan adanya program kolaboratif antara petani pengelola subak hingga pemerintah kabupaten dan provinsi untuk keberlangsungan subak di Bali," katanya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]