Sebab, kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan prokes mulai mengendor. Misalnya masih ada tempat usaha yang belum menerapkan deteksi PeduliLindungi secara benar.
"Kita lihat sekarang banyak orang datang ke mal sudah tidak pakai PeduliLindungi. Padahal PeduliLindungi ini penting banget. Dari situ kita mengetahui seseorang layak masuk atau tidak masuk," jelasnya.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Menurutnya, Pemda DIY tidak sanggup kembali melalukan pembatasan mobilitas warganya
Lantaran pergerakan manusia sudah tergolong tinggi. Adanya penyekatan di daerah perbatasan pun tak akan efektif untuk menghalau pergerakan.
"Ngerem kondisi kehadiran orang di Yogya sudah sulit dilakukan," bebernya.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Sementara itu, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Mahatma Sotya Bawono mengingatkan, masyarakat perlu berhati-hati dengan gejala demam, batuk, pilek, dan nyeri tubuh. Kondisi tersebut serupa dengan gejala khas Omicron.
Maka, ia menilai, di saat seperti ini sulit untuk membedakan orang sakit flu karena virus Sars-CoV-2 varian Omicron atau memang karena virus influenza.
“Apabila tubuh merasakan gejala nggregesi (demam), kata orang Jawa begitu, ya, lebih baik segera beristirahat dan batasi interaksi. Isolasi mandiri, lebih tepatnya,” paparnya.