WahanaNews-Jogja | Persebaran subvarian Omicron BA.2 atau yang dikenal dengan Omicron Siluman terindentifikasi di wilayah DIY.
Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM yang temukan 7 kasus subvarian Omicron BA.2.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Menanggapi penemuan tersebut, Pemda DIY tak akan memberlakukan kebijakan khusus guna menghadapi merebaknya penularan subvarian BA.2 yang karakteristiknya diketahui lebih cepat menular.
"Kita ini kan diminta untuk tidak ngerem ekonomi terlalu dalam. Otomatis keramaian itu kan tetap ada yang datang di Yogya, karena Yogya daerah wisata," jelas Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Kadarmanta Baskara Aji di kantornya, Jumat (4/3/2022).
Dia menuturkan, yang perlu menjadi perhatian saat ini adalah penegakan protokol kesehatan (prokes) di tempat-tempat umum. Sebab, pemerintah juga tidak membatasi aktivitas warganya. Sehingga kesadaran masyarakat untuk menerapkan prokes diharapkan dapat meningkat.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
"Maka yang harus dilakukan sekarang satu-satunya adalah bagaimana orang-orang secara pribadi menjaga protokol kesehatan masing-masing. Jangan lepas masker, selalu cuci tangan, dan seterusnya. Yang penting disiplin prokes," tambahnya.
Pihaknya juga telah berkoordinasi dengan asosiasi yang berkecimpung di dunia wisata.
Anggota asoasisi tersebut diminta menggencarkan penegakan prokes di berbagai tempat, seperti hotel, restoran, mal, dan tempat wisata.
Sebab, kesadaran pelaku usaha untuk menerapkan prokes mulai mengendor. Misalnya masih ada tempat usaha yang belum menerapkan deteksi PeduliLindungi secara benar.
"Kita lihat sekarang banyak orang datang ke mal sudah tidak pakai PeduliLindungi. Padahal PeduliLindungi ini penting banget. Dari situ kita mengetahui seseorang layak masuk atau tidak masuk," jelasnya.
Menurutnya, Pemda DIY tidak sanggup kembali melalukan pembatasan mobilitas warganya
Lantaran pergerakan manusia sudah tergolong tinggi. Adanya penyekatan di daerah perbatasan pun tak akan efektif untuk menghalau pergerakan.
"Ngerem kondisi kehadiran orang di Yogya sudah sulit dilakukan," bebernya.
Sementara itu, Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorokan Kepala Leher (THT-KL) Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM, Mahatma Sotya Bawono mengingatkan, masyarakat perlu berhati-hati dengan gejala demam, batuk, pilek, dan nyeri tubuh. Kondisi tersebut serupa dengan gejala khas Omicron.
Maka, ia menilai, di saat seperti ini sulit untuk membedakan orang sakit flu karena virus Sars-CoV-2 varian Omicron atau memang karena virus influenza.
“Apabila tubuh merasakan gejala nggregesi (demam), kata orang Jawa begitu, ya, lebih baik segera beristirahat dan batasi interaksi. Isolasi mandiri, lebih tepatnya,” paparnya.
Mahatma kemudian menganjurkan, apabila gejala tidak mereda dalam 24 jam, maka disarankan untuk mengikut test usap.
“Cuma dengan tes swab (usap), bisa dibedakan apakah yang dialami itu adalah flu biasa atau justru kena Covid-19 varian Omicron,” tukasnya.[non]