JOGJA.WAHANANEWS.CO, Yogyakarta - Pengelolaan bank sampah di Yogyakarta perlu didorong agar berkembang menjadi unit bisnis yang mampu mengolah sampah bernilai ekonomi.
Bank sampah bukan lagi berfungsi hanya sebagai pengepul barang yang sekadar menjual sampah anorganik, seperti yang selama ini terkelola secara sukarela.
Baca Juga:
159 CPNS Kota Pagar Alam Tanam Pohon Pinus di Kawasan Tugu Rimau sebagai Syarat Pelantikan
Ke depan, keberadaan bank sampah yang jumlahnya mencapai ratusan unit harus dikembangkan dengan skala usaha yang lebih besar, menjadi unit bisnis.
"Terima kasih kepada seluruh pengelola bank sampah di Yogyakarta. Ini bagian partisipasi langsung masyarakat dalam upaya mengelola sampah yang ideal. Ada 700-an bank sampah yang aktif, ibu-ibu yang bekerja secara sukarela sangat membantu memberikan solusi pengelolaan sampah," kata Eko Suwanto, Ketua Komisi A DPRD DIY dari Fraksi PDI Perjuangan, Selasa (9/9/2025).
Diakui, pengelolaan dan penyelesaian masalah sampah di Yogyakarta perlu partisipasi masyarakat secara langsung dalam praktik di lingkungan terkecil, yaitu turut serta memberikan solusi penyelesaian masalah tata kelola sampah di hulu.
Baca Juga:
DLH DKI Jakarta Sebut Aksi Padam Lampu 60 Menit Kurangi 297 Ton Emisi Karbon
Salah satu titik simpul problema sampah adalah besarnya volume produksi sampah setiap hari dari beragam aktivitas warga perkotaan.
"Sejak dari rumah tangga sebagai unit terkecil hingga kelembagaan baik swasta maupun kantor pemerintahan perlu selalu menjalankan langkah untuk mengurangi, menggunakan kembali barang, atau mengolah produksi sampah menjadi barang atau produk bernilai yang bisa dijual," kata Eko Suwanto, alumni Magister Ekonomi Pembangunan UGM.
Eko Suwanto menyebutkan, saatnya DLH Kota Yogyakarta diinisiasi untuk menjadikan bank sampah sebagai unit bisnis. Salah satu solusi tata kelola sampah adalah kegiatan pelatihan daur ulang secara kontinu.