"Jangan berpura-pura muda, keluarkanlah gagasan-gagasan muda," pesan Melki.
Senada, Ketua BEM KM Universitas Gadjah Mada (UGM), Gielbran Muhammad Noor juga meminta tiga paslon untuk menyudahi gimik atau klaim dekat dengan anak muda.
Baca Juga:
Saat Kampaye Paslon Pilkada Talaud Libatkan Perangkat Desa Kini Jadi Tersangka
"Kami takut klaim-klaim bahwa 'kita mewakili anak muda' itu hanya sebatas klaim dan tidak menjadikan pemuda sebagai subjek, tapi justru sebagai objek. Tujuannya jelas, hanya untuk mencari suara, 50 persen lebih suara anak muda. Sedangkan jelas mereka melihat [pemilih muda] ini sebagai hal yang seksi," kata Gielbran.
Dia menilai lucu ketika para politisi peserta Pemilu 2024 memajang spanduk atau baliho bergambar foto masing-masing berpenampilan layaknya anak muda zaman sekarang.
Pun demikian, dia menyindir sebuah baliho besar menampilkan gambar tokoh animasi Jepang, Naruto yang berpose jari tangan angka dua, tapi tak ada visi misi pemilu di dalamnya.
Baca Juga:
Debat Publik Paslon Bupati Gorontalo Utara Berjalan Aman dan Lancar
"Itu kan wujud bahwa, apakah 'sekosong' itu politik kita? Enggak ada visi gagasan apapun di baliho itu. Gimik oke, tapi jangan lupa pada substansi. Jangan cuma fokus pada gimik, kita anak muda jengah dan jijik dengan ini," sindirnya.
Selain Melki dan Gielbran, aksi itu juga diikuti sejumlah unsur organisasi mahasiswa dari berbagai kampus di Jogja dan sekitarnya seperti BEM UMY, LEM UII, Sema Paramadina, dan lainnya.
Puluhan peserta aksi yang hadir kompak mengenakan pakaian hitam sambil membawa jagung sebagai simbol berkabung atas matinya demokrasi Indonesia di tengah usia reformasi yang masih seumur jagung.