Jogja.WahanaNews.co - Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX adalah salah satu Raja Jogja yang juga menjadi Pahlawan Nasional.
Atas jasa-jasanya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, Sri Sultan HB IX dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada 30 Juli 1990, berdasarkan SK Presiden Republik Indonesia Nomor 053/TK/Tahun 1990.
Baca Juga:
BPBD Bantul Data Kebutuhan Logistik Dampak Cuaca Ekstrem di Delapan Kecamatan
Sri Sultan HB IX tercatat berperan aktif dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pada masa pemerintahannya, Kesultanan Yogyakarta bergabung dengan Indonesia.
Bahkan, ia tercatat pernah menduduki posisi penting di pemerintah Republik Indonesia. Mulai dari menteri, wakil perdana menteri, hingga wakil presiden.
Pencapaian tersebut tak bisa lepas dari peran besarnya selama ini. Lantas, apa saja sumbangsih Sri Sultan HB IX bagi Indonesia?
Baca Juga:
Mahfud MD Terima Gelar Adat Kehormatan dari Majelis Latupati Kota Ambon
Profil Sri Sultan HB IX
Sri Sultan HB IX lahir di Ngasem, Sompilan, Yogyakarta pada 12 April 1912. Ia lahir dengan nama kecil Dorodjatun atau Raden Mas Dorodjatun.
Dorodjatun merupakan anak kesembilan Pangeran Puruboyo yang kelak dinobatkan menjadi Sultan HB VIII. Ibu Dorodjatun bernama Raden Ajeng Kustilah, yang merupakan permaisuri Sultan HB VIII.
Pada usia empat tahun, Raden Dorodjatun diperintahkan ayahnya untuk tinggal di luar keraton. Semenjak itu, ia tinggal bersama keluarga Belanda bernama Mulder, yakni seorang kepala sekolah bentukan Hindia Belanda pada masa itu.
Saat usia remaja, Raden Dorodjatun menempuh pendidikan di sekolah-sekolah Eropa-Belanda, khusus bagi bangsawan kala itu. Pada 1930, ia kemudian berangkat ke Belanda untuk menempuh pendidikan, salah satunya di Universitas Leiden.
Pada Oktober 1939, Raden Dorodjatun tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Batavia. Pada 22 Oktober 1939, ayahnya, Sultan HB VIII meninggal dunia setelah pulang dari Batavia. Kemudian pada 18 Maret 1940, ia dinobatkan menjadi Sri Sultan HB IX.
Peran Sri Sultan HB IX bagi Indonesia
Dikutip dari dpad.jogjaprov.go.id, dua hari setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945, Sri Sultan HB IX mengirim telegram ucapan selamat kepada para proklamator, yakni dengan Soekarno dan Moh. Hatta. Dua minggu setelahnya, tepatnya pada 5 September 1945, ia bersama Paku Alam VIII, mengeluarkan maklumat yang menyatakan bahwa daerah Yogyakarta adalah bagian dari wilayah Republik Indonesia.
Pada masa revolusi, Sri Sultan HB IX mengorganisasikan para laskar pemuda yang berjuang mempertahankan kemerdekaan. Ia bahkan juga membentuk dan menjadi Laskar Rakyat Mataram atau Tentara Rakyat Mataram.
Saat kondisi genting, Sri Sultan HB IX menawarkan Jogja untuk menjadi ibu kota negara pada awal 1946. Tawaran tersebut diterima dan diputuskan pada 3 Januari 1946. Keesokan harinya, Presiden Soekarno dan para pejabat negara mulai pindah ke Jogja.
Ketika Jogja menjadi ibu kota, Sri Sultan HB IX melakukan beberapa perubahan, salah satunya menetapkan semua bisnis resmi memberlakukan bahasa Indonesia, bukan lagi bahasa Jawa. Selain itu, ia juga memberikan sebagian dari keraton untuk dibangun Universitas Gadjah Mada (UGM).
Peran Sri Sultan IX terhadap Republik Indonesia juga tampak dari dukungan finansial. Selama pemerintahan republik berada di Jogja, segala urusan pendanaan diambil dari kas keraton. Hal ini meliputi gaji Presiden dan Wakil Presiden, staff, operasional TNI hingga biaya perjalan dan akomodasi delegasi-delegasi yang dikirim ke luar negeri.
Semenjak itu, Sri Sultan HB IX terlibat aktif dalam pemerintahan pusat, di antaranya sebagai:
● Menteri Negara Urusan Daerah Istimewa pada Kabinet Sjahrir III
● Menko Ekonomi, Keuangan, dan Industri Indonesia pertama
● Wakil Perdana Menteri pada periode 1950-1951
● Wakil Presiden era Soeharto pada periode 1973-1978
● Gubernur Jogja pertama
Selain berperan di bidang politik, Sri Sultan HB IX juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka. Tidak hanya itu, ia juga tercatat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) pertama di Indonesia.
Pada 1988, tepatnya pada 2 Oktober malam, saat Sri Sultan HB IX berkunjung ke Amerika Serikat, ia menghembuskan napas terakhirnya di George Washington University Medical Center. Ia kemudian dimakamkan di Kompleks Pemakaman Raja-raja di Imogiri dan diiringi oleh lautan massa yang ikut berduka.
Demikian informasi seputar profil dan peran Sri Sultan HB IX bagi Indonesia. Kini, selain dikenang sebagai Raja Jogja, ia juga dikenang sebagai Pahlawan Nasional.
[Redaktur: Amanda Zubehor]