WahanaNews-Jogja | Hingga Kamis (10/3) pagi pukul 07.30 WIB ini, Asap putih masih tampak mengepul dari bekas luncuran awan panas guguran Gunung Merapi tadi malam.
Asap putih tersebut masih tampak mengepul di ujung jejak luncuran awan panas yang berlokasi di penambangan pasir Merapi, Bima di sebelah timur Bunker Kaliadem.
Baca Juga:
Mahkamah Konstitusi Terima 206 Permohonan Sengketa Pilkada Kabupaten hingga Provinsi
Ini diketahui lewat dua buah rekaman video seorang warga yang melaporkan langsung dari lokasi penambangan.
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol
Baca Juga:
ASDP Gandeng Bank Indonesia Perkuat Distribusi Uang Rupiah hingga ke Pelosok Negeri
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini. Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol (IST)
Asap putih itu masih mengepul dari alur Kali Gendol yang tadi malam terkena luncuran awan panas guguran Merapi dengan jarak luncur sekitar 5 kilometer ke arah tenggara.
Terbaru, awan panas guguran Merapi juga terjadi lagi pada Kamis (10/3) pagi ini pada pukul 07.33 WIB.
Awan panas meluncur ke sektor tenggara ke arah Kali Gendol dengan jarak maksimal sekitar 2 kilometer.
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini. I
ni merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol (IST)
Diberitakan sebelumnya, Gunung Merapi meluncurkan awan panas guguran tengah malam tadi, Rabu (9/3) sekitar pukul 23.18 WIB.
Luncuran awan panas guguran merapi ini kembali terjadi pada Kamis (10/3) pukul 00.30 WIB.
BPPTKG Yogyakarta mencatat, jarak luncur awan panas ini mencapai sekitar 5 kilometer ke arah tenggara atau ke arah Kali Gendol.
Dalam rilis yang diunggah melalui Twitter, BPPTKG Yogyakarta merinci luncuran awan panas guguran terjadi pada Rabu (9/3) pukul 23.18 WIB, 23.29 WIB, 23.38 WIB, 23.44 WIB, 23.53 WIB, dan pada pukul 00.22 WIB pada Kamis (10/3).
Awan panas guguran ini tecatat di sesimogram dengan amplitudo maksimal 75mm dan durasi maksimal 570 detik.
Awan panas guguran kembali terjadi dengan jarak luncur lebih pendek. Yakni pada pukul 01.00 WIB, 01.22 WIB, 01.35 WIB, 01.59 WIB, 02.07 WIB, 02.43 WIB, 02.58 WIB, 03.00 WIB, dan 04.43 WIB dengan amplitudo maksimal 75 mm dan durasi maksimal 191 detik. Jarak luncur awan panas guguran ini mencapai 2 kilometer ke arah tenggara.
Akibat kejadian ini, sejumlah wilayah dilaporkan mengalami hujan abu.
Meliputi Desa Tlogolele, Desa Gantang, Kecamatan Sawangan. Pada pukul 23.48 WIB, Pos Babadan juga melaporkan turunnya hujan abu.
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol (IST)
Puluhan warga Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten yang tinggal di kawasan rawan bencana (KRB) III Gunung Merapi mengungsi ke tempat evakuasi sementara (TES) yang ada di balai desa setempat, Kamis (10/3/2022) dinihari.
Mereka berasal dari empat dukuh yang berada di KRB III Gunung Merapi, yakni Dukuh Sambungrejo, Sukorejo, Ngipiksari dan Balerante.
"Akibat kejadian tersebut sampai dengan Kamis, pukul 02.40, sebanyak 60 jiwa Desa Balerante dari 4 dukuh, khususnya kelompok rentan telah mengungsi ke TES," ujarnya pada wartawan, Kamis (10/3/2022).
Diakui Winoto, pihaknya juga telah mengirimkan bantuan logistik dan masker kepada para pengungsi Gunung Merapi di Desa Balerante tersebut.
Pada peristiwa luncuran awan panas guguran itu, juga dilaporkan tidak terdapat hujan abu yang melanda desa-desa KRB III Gunung Merapi di wilayah Kabupaten Klaten.
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol
Asap putih masih mengepul dari jejak luncuran awan panas Merapi hingga Kamis (10/3) pagi ini.
Ini merupakan ujung luncuran awan panas guguran Merapi yang berada di lokasi penambangan pasir bima di Kali Gendol (IST)
Ia menjelaskan, dalam menghadapi kejadian tersebut masyarakat sekitar menyikapi APG yang terjadi dengan tenang dan tidak panik.
"Alhamdulillah Merapi sudah mulai landai, mudah-mudahan pagi ini warga yang mengungsi dapat pulang kembali untuk beraktivitas seperti biasa," jelas Winoto.
Kemudian, lanjut Winoto, untuk warga di wilayah KRB III Gunung Merapi di Klaten lainnya seperti Desa Sidorejo dan Desa Tegalmulyo tidak melakukan pengungsian dan warga masih memilih tinggal di rumahnya masing-masing.
Warga Desa Tegalmulyo, Purnama membenarkan jika di desanya tak ada warga yang melakukan pengungsian akibat luncuran awan panas guguran tersebut.
"Tegalmulyo mandali mas. Hujan abu juga tidak ada. Yang mengungsi warga desa Balerante, kalau kita masih aman terkendali," ucapnya pada wartawan.
Warga Desa Sidorejo, Sukiman juga mengatakan jika di desanya juga tidak ada warga yang mengungsi akibat muntahan awan panas Gunung Merapi pada Rabu malam hingga Kamis dinihari itu.
"Hujan abu nggak ada, warga yang mengungsi juga nggak ada," ucapnya.[non]