WahanaNews-Jogja | Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas di Sleman masih dilaksanakan dengan metode dua sift dan kapasitas 50 persen.
Kendati demikian, di tengah lonjakan kasus Covid-19 yang terus meningkat, apabila kondisi dinilai mengkhawatirkan, maka sekolah boleh mengambil kebijakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) meskipun di lingkungan sekolah tidak ditemukan kasus.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Kalau sekolah tidak ada kasus, tapi lingkungannya banyak ditemukan kasus, dan menghawatirkan, maka demi keselamatan, ketenangan, maupun biar aman, kalau Kepala sekolah mengambil kebijakan PJJ boleh," kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman, Ery Widaryana, Jumat (25/2/2022).
Selain itu, jika banyak siswa di sekolah yang izin sakit karena bergejala flu.
Meskipun belum tentu itu Covid-19 ,--karena saat ini sedang musim flu,-- maka demi kenyamanan bersama, sementara sekolah diperbolehkan melaksanakan PJJ.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Kendati demikian, Ery mengharapkan sekolah yang tidak ada kasus Covid-19 tetap menggelar pembelajaran tatap muka terbatas.
Sebab, belajar di sekolah, meskipun hanya 4 jam pelajaran sangat berarti bagi siswa.
"Banyak orangtua juga yang tetap menginginkan PTM," kata dia.
Evaluasi PTM terbatas dengan metode dua sift selama ini, kata Ery berjalan lancar.
Meskipun, memang ditemukan kasus penularan Covid-19 sebanyak 58 sekolah di semua tingkatan.
Mulai dari TK, SD, SMP-Mts, SMA-SMK, hingga perguruan tinggi, di mana 30 sekolah di antaranya di bawah kewenangan Dinas Pendidikan Kabupaten Sleman .
Bagi sekolah yang ditemukan kasus Covid-19 telah diminta berkoordinasi dengan Puskemas setempat untuk dilakukan tracing (pelacakan) maupun testing.
Selama proses itu, maka Sekolah diminta menghentikan PTM dan diganti dengan PJJ.
"Selama ini yang PJJ rata-rata yang ditemukan kasus. Yang sekolah tidak ada kasus, tapi izin PJJ belum ada. Tapi, kalau memang situasinya mengkhawatirkan karena di sekelilingnya ada kasus, boleh PJJ," ujar dia.
Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Kabupaten Sleman saat ini terus dikebut dan hampir selesai.
Ery mengungkapkan, dosis pertama telah mencapai 96 persen dan 79 persen untuk capaian dosis kedua.
Pihaknya menargetkan program vaksinasi anak ini rampung pada akhir Bulan Februari ini.
"Tapi, nanti pasti ada anak yang belum tervaksin karena beberapa faktor. Kita akan susulkan," kata dia.
Sejauh ini, pihaknya mengaku belum menerima laporan adanya kejadian Ikutan pasca imunisasi (KIPI) berat pada vaksin anak.
Rata-rata hanya KIPI ringan sedikit pusing kepala.[non]