WahanaNews-Jogja | Kembalinya murid ke sekolah membuat beberapa orang tua murid lega. Pembelajaran yang diterima anak pun menjadi lebih optimal dibandingkan saat digelar pembelajaran daring.
Namun, dengan meningkatnya kasus Covid-19, pemerintah menyarankan agar PTM tak dipaksanakan selalu 100 persen jika kondisi tidak memungkinkan.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Menanggapi hal tersebut, sejumlah orang tua murid hanya bisa pasrah.
“Ya, mau gimana lagi. Statusnya juga masih pandemi. Kecewa, sih, tapi lebih ke pasrah gitu,” ungkap Fitri Wahyuni, salah satu orang tua murid, kepada wartawan, Senin (28/2/2022).
Meski penularan Covid-19 yang terdeteksi ada di ranah SMA, tapi tidak menutup kemungkinan, jenjang sekolah di bawahnya akan terimbas.
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
“Anakku minggu depan, lho, sudah belajar daring lagi selama dua minggu. Padahal beberapa waktu lalu sudah masuk full, tapi dibagi sesi, satu kelas isi 50 persen, sekolah cuma dua jam. Sekarang, ada yang luring dan daring,” jelas Fitri.
Ia memiliki seorang putri yang saat ini duduk di Sekolah Dasar (SD) kelas VI.
Salah satu yang Fitri khawatirkan ketika pembelajaran daring adalah pemahaman matematika.
Dia mengungkapkan, sang putri sulit belajar matematika. Apalagi kalau soal-soal yang diberikan merupakan esai.
“Kalau daring, belajar matematikanya bagaimana? Anakku paham kalau dijelasin guru, kalau daring, kan harus baca, aku suruh jelasin lagi. Jujur, aku pun enggak bisa kalau matematika,” terangnya sambil tertawa.
Maka, dia pun berusaha mengajak anak untuk ikut les matematika bersama dengan guru di dekat rumah.
“Jangan didaringkan lagi dong, Pak, Bu. Anak saya kelas VI SD ini takut enggak ngerti apa-apa kalau mau ujian akhir nanti. Lebih baik dibagi dua sesi kayak minggu lalu saja. Itu lebih enak, setidaknya buat orang tua murid,” tukas Fitri.
Tidak berbeda jauh, Dina Rahayu juga berharap ada solusi yang lebih baik yang ditawarkan oleh pemerintah.
Menurutnya, pembelajaran daring masih belum efektif diterapkan. Ia mengetahui, sang anak masih banyak yang tidak paham dengan materi pembelajaran di sekolah.
“Apa gitu solusinya, ya, misal dibagi-bagi jam berapa sampai jam berapa, tapi nanti capai, ya, gurunya,” papar Dina yang putrinya berada di SD swasta di Kota Yogyakarta ini.
Ditanya bagaimana dengan proses pembelajaran si anak, Dina mengakui, ada kesulitan saat belajar daring.
Sebab, si anak sendiri harus dipahamkan secara intensif dan tidak bisa hanya bermodal belajar daring.
“’Enak ngomong langsung sama guru,’ gitu kata dia. Lebih paham. Kalau daring, dia enggak paham, aku enggak paham, susah,” tandasnya.[non]