Jogja.WahanaNews.co - Pusat Kajian Infrastruktur Strategis (PUKIS) menyoroti komitmen pembangunan infrastruktur dalam dokumen visi-misi pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
“Anies, Ganjar, dan Prabowo sama-sama memberikan perhatian khusus terhadap pembangunan infrastruktur. Dengan kata lain, pembangunan infrastruktur sepertinya akan tetap masif pada periode pemerintahan mendatang,” ujar Direktur Eksekutif PUKIS, Mas Muhammad Gibran Sesunan, melalui keterangan pers di Yogyakarta, Senin (30/10/23).
Baca Juga:
Peta Canggih Diluncurkan, Indonesia Bidik PDB Per Kapita US$12.000
Sesunan mengemukakan beberapa persamaan dan perbedaan dalam dokumen visi-misi milik ketiga pasangan calon. Persamaan tersebut, antara lain, ketiga calon tidak hanya fokus pada infrastruktur besar, tetapi juga mengedepankan infrastruktur kerakyatan seperti air bersih, sanitasi, hunian layak, hingga pasar tradisional.
Kesamaan lainnya, menurut Sesunan, Ganjar dan Prabowo mengusung tema “keberlanjutan pembangunan”, bahkan Prabowo secara tegas menggunakan capaian pembangunan Presiden Jokowi sebagai tolok ukur program kerjanya nanti. Di sisi lain, Anies memilih jalan yang berbeda dengan mengambil nuansa “perubahan” dalam dokumen visi-misinya.
“Anies sepertinya ingin menjadi pembeda dan dia coba menawarkan alternatif baru yaitu perubahan. Meski begitu, Anies secara tertulis menyatakan bahwa dirinya tetap akan melanjutkan proyek-proyek infrastruktur yang dilakukan Presiden Jokowi, seperti Jalan Tol Trans Sumatera, Jalan Tol Trans Jawa, Kereta Api Trans Sulawesi, dan lain sebagainya. Artinya perubahan yang diusung pada sektor infrastruktur ini hanyalah perubahan pada skala atau takaran tertentu saja,” kata Sesunan.
Baca Juga:
Defisit APBN 2025 Disepakati 2,29-2,82% PDB oleh Kemenkeu, PPN, BI, dan Banggar DPR
Sesunan menambahkan, aspek menarik lainnya adalah terkait Ibu Kota Negara (IKN). Ganjar dan Prabowo secara tegas akan melanjutkan pembangunan IKN, sementara Anies tidak menyebutkan IKN sama sekali dalam dokumennya.
“Publik dapat mengartikan bahwa Anies memilih tidak melanjutkan pemindahan ibu kota apabila terpilih nanti,” ujar Sesunan.
Terkait pembangunan kewilayahan, menurut PUKIS, Anies dan Ganjar menyoroti masih adanya ketimpangan pembangunan antara Jawa dan luar Jawa, sementara Prabowo kurang membahas masalah ini dalam dokumen visi-misinya.
“Secara tidak langsung Anies dan Ganjar sebenarnya sedang mengkritisi efektivitas pembangunan Indonesia-sentris yang dijalankan Presiden Jokowi,” kata Sesunan.
Terlepas dari persamaan dan perbedaan dalam visi-misi, PUKIS menilai wajar hal tersebut dan menyampaikan apresiasi kepada ketiga pasangan calon.
“Infrastruktur tetap menjadi fokus utama para kandidat. Ini sangat penting karena infrastruktur merupakan salah satu fondasi menuju Indonesia Maju,” ujar Sesunan.
Menurut Sesunan, kuncinya adalah melanjutkan pembangunan infrastruktur sekaligus mengoptimalkan infrastruktur yang telah terbangun. Apalagi, stok infrastruktur Indonesia masih terbilang rendah, hanya di kisaran 43% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Padahal rata-rata stok infrastruktur negara-negara maju adalah 70% terhadap PDB.
“Karena itu, perlu percepatan dan terobosan untuk mengatasi defisit infrastruktur ini, tentunya dengan pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan tepat guna,” pungkas Sesunan.
Menurut catatan PUKIS, Presiden Jokowi telah berhasil meningkatkan stok infrastruktur dari 35 persen pada tahun 2015 menjadi 43 persen pada tahun 2019. Target stok infrastruktur Indonesia terhadap PDB adalah 49 persen pada tahun 2024.
[Redaktur: Amanda Zubehor]