WahanaNews-Jogja | Nasib naas menghampiri Marsen Banedictus Sinaga (50) seorang pegawai swasta di Yogyakarta.
Bagaimana tidak, uang tabungan yang ada di Bank BRI sebesar Rp. 38,4 Juta tiba-tiba hilang.
Baca Juga:
Polisi Tembak Polisi di Solok Selatan, Kasus Masih dalam Penyelidikan
Marsen menceritakan, pada Kamis (25/11/2021) pukul 14.30 WIB dirinya akan mengambil uang di ATM yang ada di sekitar Prawirotaman. Saat mengambil uang, ia mendapatkan pemberitahuan bahwa saldo yang ia miliki tidak mencukupi.
"Saya kaget tiba-tiba muncul notifikasi saldo anda tidak cukup, padahal saya ambil di ATM Rp 100 ribu doang. Sementara saya tahu rekening saya hampir Rp 40 juta," ucap Marsen saat dihubungi, Selasa (30/11/2021).
Setelah mendapatkan notifikasi itu, ia bergegas mengecek saldo yang di mesin yang sama.
Baca Juga:
Setyo Budiyanto Terpilih sebagai Ketua KPK: OTT Tetap Senjata Utama
Alangkah kagetnya Marsen saat melihat saldo tabungannya yang hanya tersisa Rp 95 ribu.
Mengetahui saldo ATM-nya terkuras Marsen lalu bergegas ke kantor BRI Prawirotaman, kebetulan ATM tempat ia hendak mengambil uang berada di kantor BRI Prawirotaman.
Dia lalu melaporkan kejadian ini kepada Customer Service (CS) BRI.
"Saya ceritakan semuanya ke dia (CS). Terus dia melakukan print out data transaksi saya dan ditemukan transfer antar Bank BRI via ATM dengan atas nama Surya Zidan," jelas dia
Marsen meminta kepada CS agar melakukan pembekuan sementara kepada akun dengan atas nama Surya Zidan, tetapi pihak bank tidak bisa melakukan hal itu.
"Aku bilang sekarang belum bisa membuat surat bermaterai sekarang, tetapi aku kasih testimoni bahwa saya tidak melakukannya. Bisakah akun itu dibekukan dulu sementara untuk pemeriksaan. CS bilang kami tidak bisa melakukan itu," bebernya.
Marsen heran jenis rekening yang ia miliki di BRI adalah Simpedes, di mana jenis ini maksimal transfer antar BRI sebesar Rp 25 juta sedangkan transfer BRI dengan bank lain sebesar Rp 10 juta.
"Tipe tabungan saya itu Simpedes, maksimal untuk transfer itu Rp 25 juta antar BRI. Kalau ke bank lain Rp 10 juta kok ini bisa Rp 38,4 juta dalam satu kali transfer. Jawaban dari CS, daerah hanya bisa melaporkan kejadian ini ke pusat," kata dia.
"Simpedes yang saya tahu begitu hanya (maksimal transfer) Rp 25 juta," tambahnya.
Marsen saat itu sedang ada kegiatan pekerjaan di sekitar Prawirotaman. Sesampainya di hotel tempatnya menginap, Marsen makin kaget saat melihat tiket aduannya di CS BRI Prawirotaman tertulis bahwa aduannya masuk ke kategori salah transfer antar Bank BRI.
"Aku tahunya setelah tiba di hotel, loh kok salah transfer deskripsinya. Saya panik telepon call center ke 14017, kan saya beritahu semuanya lalu petugas call center itu bilang laporan sudah masuk tetapi deskripsi ini salah. Lalu membuat laporan baru. CS di Prawirotaman itu membuat keterangan laporan saya itu keliru yaitu salah transfer antar-BRI. Padahal saya tidak transfer," ujar dia.
"Petugas call center mengatakan bahwa kasus saya ini adalah transaksi tidak lumrah atau tidak wajar nama laporannya," timpal Marsen.
Dua hari sebelumnya, Marsen melakukan transaksi berupa transfer sebesar Rp 92 ribu untuk membeli buku secara online. Setelah itu, pada hari Rabu dia tidak melakukan transaksi apapun, dan baru hari Kamis ia baru mengetahui saldonya hilang.
"Hari Selasa transfer Rp 92 ribu untuk beli buku, Rabu kosong ga ke ATM, dan Kamis ambil duit tiba-tiba enggak ada. Atas saran rekan-rekan, rencananya akan melapor ke Polda DIY bagian cyber crime kalau enggak besok ya nanti," kata dia.
Selain akan melaporkan ke Polda DIY, dirinya sudah melaporkan kejadian ini kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hingga sekarang, laporannya baru masuk tahap kedua yaitu ditangani bank yang bersangkutan. Marsen mengatakan bahwa dirinya termasuk orang yang konvensional dalam menggunakan pelayanan bank. Dia tidak menggunakan pelayanan berupa M Banking, atau Internet Banking.
"Baru pertama kali ini (saldo hilang) karena saya tidak punya Mobile Banking, terkait perbankan ya konvensional kalau mau transfer di ATM," kata dia.
Hingga sekarang, ia tidak mengetahui jenis kejahatan apa yang ia alami karena saat melaporkan ke CS BRI belum mendapatkan keterangan yang jelas. "Saya tidak dapat keterangan apapun saya enggak dapat kepastian ini kejahatan apa namanya," ujar dia.[non]