Jogja.WahanaNews.co, Yogyakarta - Kepala Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Singgih Raharjo, membeberkan fokus utama pariwisata mulai tahun 2024. Saat ini, kota gudeg memilih untuk mengembangkan pariwisata berkualitas.
"Kita lebih fokus kepada quality tourism. Lebih menekankan dampak daripada kuantitas jumlah wisatawan," kata Singgih dilansir detik.
Baca Juga:
Sosialisasi Sadar Wisata Banggai Kepulauan Dukung Ekonomi Kreatif Berbasis Kearifan Lokal
Singgih menyebut langkah itu sesuai dengan amanat Menteri Pariwisata Ekonomi dan Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno. Dia optimistis cara itu mampu memperbesar spending money wisatawan dalam jangka panjang.
Dengan begitu Jogja tidak hanya berfokus pada statistik angka jumlah wisatawan, namun juga optimalisasi angka jumlah pendapatannya.
Target spending money yang diharapkan dari wisatawan sejalan dengan length of stay-nya. Maka, Yogyakarta bertekad untuk bisa bikin wisatawan nyaman agar betah berlama-lama menginap di sana.
Baca Juga:
Kritik Pedas YLKI: Kebijakan Harga Tiket Taman Nasional 100-400% Justru Bunuh Minat Wisatawan
Singgih menyebut kuantitas adalah nomor dua sedangkan upaya untuk membuat wisatawan itu betah berlama di Jogja adalah yang utama. Salah satu caranya dengan optimalisasi CHSE (Cleanliness, Health, Safety & Environment Sustainability). Dispar DIY telah mengatur sosialisasi dan pelatihan bersama para pelaku pariwisata melalui dinas pariwisata daerah kabupaten.
"Kalau untuk quality tourism itu artinya kita bicara small number," kata Singgih.
Honeymoon couple, family, dan komunitas dipercaya menjadi target utama quality tourism Jogja. Singgih percaya spending money ketiganya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan mass tourism, seperti karya wisata atau study tour.
Singgih menyebut di tahun 2024 ini Dipasr DIY berfokus mengintegrasikan paket wisata. Baik di desa wisata, landmark, hingga pameran dan museum. Dengan begitu waktu yang dihabiskan wisatawan di Jogja akan lebih lama.
"Ini dua hari semalam di Jogja mau ke mana ya? Nah, produk ini nanti harapannya bisa menjawab itu," kata Singgih
Untuk memaksimalkannya Singgih menetapkan tiga strategi utama, yakni amenitas, aksesibilitas, dan atraksi.
Amenitas merujuk pada fasilitas di luar akomodasi seperti rumah makan, toko cenderamata, dan fasilitas umum lainnya. Untuk menargetkan pasar internasional, Singgih tengah gencar mengupayakan pengadaan resto autentik mancanegara.
"Kalau western udah banyak, India ada satu dua, Thai food mungkin ada tapi belum ada yang autentik yaa. Arabian juga mungkin ada beberapa cuma ya yang autentik gitu (belum ada). Jadi, ini yang harus didorong kalo untuk menyasar di mancanegara," kata Singgih.
Secara domestik Jogja terbilang unggul dengan kulinernya yang harganya disebut-sebut ramah di kantong. Ini sudah bukan rahasia lagi dan telah tersebar luas di media sosial. Mulai dari hidden gems hingga kafe tersohor. Terlebih Jogja juga tengah dibanjiri wisata kafe with the view yang menurut Singgih kebaruannya selalu muncul setiap bulan.
Tidak hanya kafe, Singgih berpendapat Jogja tidak kekurangan tempat untuk tinggal. Penginapan murah seperti di area Prawirotaman dan Pasar Kembang masih menjadi primadona terlebih bagi para backpacker.
Namun resort dan hotel bagi para pelancong yang ingin menikmati kemewahan juga banyak tersedia mulai dari area pusat Kota, Kaliurang, hingga Gunung Kidul.
Dari sisi aksesibilitas Singgih menyebut Jogja tidak berhenti berbenah tampak dari pembuatan jalan baru Gayamharjo-Gunungkidul hingga jalur jalan lintas selatan sebagai penghubung antar interesting place.
Peningkatan kualitas transportasi publik seperti kereta dari bandara, Bus Trans Jogja, hingga penyediaan layanan transportasi khusus city tour seperti Bus Heritage Jogja.
Dia berharap Jogja tidak hanya mumpuni menyediakan aksesibilitas secara domestik namun juga internasional.
Penambahan direct flight ke YIA dari negara lain saat ini tengah diusahakan agar tidak hanya dari Singapura dan Malaysia saja. Thailand mungkin akan menjadi target negara selanjutnya yang diupayakan Singgih.
Dari sisi atraksi tentunya adalah penonjolan daya tarik. Jogja dipercaya memiliki kekuatan magis yang kuat dari sisi budayanya. Singgih menyebut Sumbu Filosofis menjadi representasi wisata unggulan kota pelajar.
Sumbu ini adalah garis imajiner yang menjadi perwujudan dari hubungan sinergi harmonis antara dua sumber kekuatan Jogja yang diwakili oleh Gunung Merapi dan Laut Selatan. Meski secara konseptual Sumbu Filosofis Yogyakarta adalah konsep tata ruang yang berbentuk struktur jalan lurus membentang dari Tugu Pal Putih, Kraton. Yogyakarta, hingga Panggung Krapyak.
Sejak ditetapkannya Sumbu Filosofis Yogyakarta sebagai warisan budaya oleh UNESCO 2023 lalu, pemerintah Jogja giat mengembangkannya sebagai magnet wisatawan. Mulai dari museum, festival, hingga city tour dihubungkan dengan aspek tersebut. Singgih percaya narasi story telling akan menjadi elemen yang kuat dalam membangun ikatan dengan wisatawan. Sehingga tidak hanya raga nya yang datang ke Jogja, namun hatinya ikut masuk memahami istimewanya Yogyakarta.
"Bicara daya tarik, Jogja ini dari sisi budayanya, baik tangible maupun intangible. Event-event ini akan menjadi bagian untuk menarik wisatawan itu datang ke jogja. Kita bangun narasi storytelling menjadi bagian dari produk paket wisata yang berkualitas," kata Singgih
Untuk itu, Singgih dan jajarannya selalu menyiapkan berbagai acara setiap bulannya. Merujuk website resmi visitingjogja.jogjaprov.go.id, disediakan 28 acara untuk wisatawan hanya di bulan Maret ini saja.
Mulai dari pertunjukan musik, carnaval, expo, budaya, festival makanan, hingga pasar ramadhan. Belum lagi konser ternama seperti Prambanan Jazz yang sudah dijadwalkan di Bulan Juli mendatang.
Singgih percaya perhelatan acara tersebut nantinya akan menjadi gerbang pembuka mengenalkan Jogja kepada wisatawan baru.
Pariwisata harus bertransformasi menyediakan layanan yang lebih baik agar wisatawan mau untuk datang kembali. Sehingga, kuantitas yang menjadi jalur pembuka, dan kualitas yang menariknya untuk menetap.
[Redaktur: Amanda Zubehor]