JOGJA.WAHANANEWS.CO, Yogyakarta - Tumpukan sampah di Kota Yogyakarta hingga kini masih menjadi masalah kompleks yang semakin terasa dampaknya.
Dampak tumpukan sampah ini bisa dirasakan di berbagai aspek, terutama dari segi estetika lingkungan yang terganggu, serta potensi dampak negatif terhadap pariwisata yang menjadi andalan ekonomi Kota Yogyakarta jika tidak segera ditangani.
Baca Juga:
Jelang Perayaan Idulfitri, Maxim Berikan Bantuan Sembako Kepada Mitra Pengemudi Yang Membutuhkan Di Yogyakarta
Belum lagi ancaman kesehatan karena sampah, dan yang belum banyak dibahas adalah masalah keselamatan bagi masyarakat dari bahaya kebakaran dan hewan berbahaya karena tumpukan sampah.
Data yang dihimpun oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Kota Yogyakarta menunjukkan fakta bahwa semenjak terjadi penutupan secara bertahap TPST Piyungan, di tahun 2023 terjadi lonjakan kasus kebakaran di Kota Yogyakarta dari 56 kali di tahun 2022 menjadi 90 kali di tahun 2023, di mana 23 kejadian atau 25 persennya disebabkan karena pembakaran sampah secara liar yang apinya membesar.
Krisis penanganan sampah membuat sebagian masyarakat memilih solusi instan dengan membakar sampah yang justru menimbulkan masalah lain.
Baca Juga:
Disnakertrans DIY: Perusahaan Dilarang Ganti THR dengan Parsel atau Bingkisan Lebaran
Kebakaran sampah liar yang apinya membesar tak terkendali menimbulkan polusi serta berpotensi membahayakan dan dalam beberapa kasus memang turut membakar bangunan yang berada di dekat tumpukan sampah.
Membakar sampah secara liar sebenarnya juga telah dilarang melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Yogyakarta Nomor 10 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah dengan ancaman sanksi pidana.
Pembakaran sampah baru bisa dilakukan setelah dilakukan pemilahan dan menggunakan teknologi khusus, sehingga tidak membahayakan dan mencemari lingkungan.
Berkat sosialisasi berbagai pihak dan kesadaran masyarakat kejadian kebakaran karena pembakaran sampah mulai turun pada tahun 2024 menjadi 15 kali dan nihil kejadian hingga awal 2025 ini.
Kesadaran untuk tidak membakar sampah sembarangan nampaknya dilandasi oleh bahaya kebakaran nyata yang terlihat.
Menurunnya angka pembakaran sampah liar patut diapresiasi, meski sampah yang menumpuk tetap jadi masalah. Salah satu dampak tumpukan sampah yang telah terlihat namun luput disadari adalah merebaknya populasi sarang hewan berbahaya yakni tawon ndas (vespa affinis).
Evakuasi sarang tawon ndas adalah jenis layanan Dinas Damkarmat yang paling banyak diminta masyarakat, lebih banyak dari kebakaran itu sendiri, maupun evakuasi hewan seperti ular atau kucing.
Permintaan evakuasi sarang tawon ke Dinas Damkarmat Kota Yogyakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari 220 kali di tahun 2021, 230 kali pada tahun 2022, 252 kali pada tahun 2023, hingga 298 kali pada tahun 2024. Diantara sejumlah faktor yang bisa menjadi penyebab, tumpukan sampah menjadi salah satunya.
Sejumlah riset memang menemukan kecenderungan peningkatan sarang tawon ndas di kawasan urban. Berkurangnya hutan sebagai habitat asli tawon ndas, membuat mereka membuat koloni di bangunan dan pohon dekat pemukiman yang dirasa aman dan ada sumber makanan mereka.
Dikenal sebagai hewan omnivora, artinya tawon ndas dapat memakan nektar, buah-buahan busuk, daging, sisa makanan yang banyak tersedia di tumpukan sampah terbuka, khususnya yang berjenis sampah organik. Tumpukan sampah organik dapat pula mengumpulkan serangga-serangga kecil dan belatung yang juga jadi makanan tawon ndas.
Meningkatnya keberadaan koloni tawon ndas di pemukiman warga patut menjadi perhatian, karena jika merasa terancam tawon ndas dapat menyerang dengan sengatan secara berkelompok yang sangat berbahaya bagi manusia bahkan dapat berujung kematian.
Karena itu, salah satu upaya preventif menghadapi tawon ndas adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan, mengurangi keberadaan tumpukan sampah yang dapat menjadi sumber makanan bagi tawon ndas.
Potensi kebakaran dan maraknya tawon ndas merupakan dampak tumpukan sampah yang bahayanya perlu menjadi perhatian masyarakat meski jarang disadari.
Dengan menyadari bahaya dari tumpukan sampah yang bisa langsung terasa dampaknya tahapan selanjutnya adalah bertambahnya kesadaran bersama untuk mengatasi masalah sampah ini mulai dari rumah dan lingkungan.
Jika setelah merasakan dan melihat dampak langsung pembakaran liar tumpukan sampah menjadi kebakaran dapat menekan jumlah kejadian tersebut, kitab kisa menerapkannya pada potensi dampak lain yang cepat atau lambat dapat kita rasakan untuk makin tergerak demi lingkungan kita bersama yang makin bersih, indah, sehat, dan aman.
[Redaktur: Amanda Zubehor]