Jogja.WahanaNews.co - Di tengah pembangunan tol Yogyakarta-Solo, terdapat makam tua yang dikeramatkan warga. Akankah makam itu dipindahkan atau ada solusi lainnya?
Makam tersebut berada di Padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Makam itu merupakan Makam Kyai Kromo Ijoyo (Mbah Celeng).
Baca Juga:
Bupati Bantul: Kementerian PUPR Larang Penambangan Pasir di Sungai Progo Srandakan
Melansir detikJogja, ternyata, makam itu berada di tengah perkampungan dan dikelilingi persawahan. Akses menuju makam masih cukup bagus. Sebelum sampai gapura makam ada jalan cor beton sepanjang sekitar 50 meter.
Yogyakarta - Di tengah pembangunan tol Yogyakarta-Solo, terdapat makam tua yang dikeramatkan warga. Akankah makam itu dipindahkan atau ada solusi lainnya?
Makam tersebut berada di Padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Makam itu merupakan Makam Kyai Kromo Ijoyo (Mbah Celeng).
detikJogja berkesempatan mengunjungi lokasi makam Kyai Kromo Ijoyo. Ternyata, makam itu berada di tengah perkampungan dan dikelilingi persawahan. Akses menuju makam masih cukup bagus. Sebelum sampai gapura makam ada jalan cor beton sepanjang sekitar 50 meter.
Baca Juga:
DLH Bantul Perpanjang Penutupan Pasar Hewan Imogiri untuk Cegah PMK Ternak
Setiba di makam, pembangunan jalan tol sudah dimulai, yakni di area kanan dan kiri makam. Di sisi barat makam, lahan sudah dibersihkan dan tampak alat-alat berat. Adapun, makam belum tersentuh pembangunan. Hanya ada satu patok kuning yang menandakan sebagai poros jalan tol.
Di dalam kompleks makam, terdapat pagar besi yang mengelilingi satu nisan yang merupakan makam Kyai Kromo Ijoyo. Di sampingnya ada satu makam kecil. Kondisi makam itu tergolong masih terawat.
Lurah Tirtoadi, Mardiharto, mengatakan masih menunggu teknis pemindahan makam karena lokasi makam merupakan tanah kas desa (TKD). Saat ini kelurahan bersama warga masih membahas lokasi pemindahan makam. Termasuk masih berembuk dengan pemrakarsa jalan tol.
"Ini yang belum kita (bahas), wong tolnya belum jelas jadi masih nanti mau dipindah di mana. Tapi itu kan gampang kan cuma satu. Kalau banyak repot," kata Mardiharto saat ditemui di kantor Kelurahan Tirtoadi, Senin (16/10/2023) dan dikutip Selasa (17/10/23).
Dia bilang salah satu solusi yang bisa ditawarkan yakni makam bisa dibongkar dan untuk sementara disemayamkan di lokasi tertentu. Tetapi, harus ada kesepakatan warga sebelum melakukan tindakan apapun.
"Kalau satu (makam) itu mungkin nanti tanahnya dikasihkan di peti, disemayamkan dulu di masjid sampai dicarikan tempat itu ya ndak masalah. Tapi itu menunggu," ujar Mardiharto.
Meski demikian, sebagai salah satu trah Kyai Kromo Ijoyo, Mardiharto ingin aga makam dibangun lebih sip. Namun, lagi-lagi dia menunggu kepastian kontraktor tol dan berdiskusi dengan warga.
"Ya nunggu aja. Itu kan nanti mesti ada (lokasi pengganti). Tapi yang jelas itu ya kalau dari saya ingin pengennya dipindah di gumuk, artinya tanah yang munthuk tapi di situ kan nggak ada. Paling nanti ya makamnya akan kita naikkan, tapi itu kan nanti kesepakatan warga. Iya (bangunnya) lebih baik," kata dia.
Dihubungi terpisah, Humas PT Adhi Karya Pembangunan Tol Solo-Jogja, Agung Murhandjanto, mengatakan soal makam yang terdampak tol merupakan tanah kasultanan. Dia bilang serat palilah untuk pemanfaatan tanah kasultanan telah diterbitkan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Untuk makam di DIY itu kan tanahnya tanah kasultanan meskipun di desa tanahnya tanah kasultanan. Nah, palilah dari kasultanan itu sudah ada untuk PSN (proyek strategis nasional) pembangunan tol, tapi untuk makamnya itu kan mesti ada relokasi, dipindahkan. Nah itu kan nunggu, pertama nunggu lahannya penggantinya siap," kata Agung saat dihubungi wartawan kemarin siang.
[Redaktur: Amanda Zubehor]