JOGJA.WAHANANEWS.CO, Sleman - Panewu Kapanewon Minggir, Sleman, Djoko Muljanto menyatakan bahwa satu reaktor pengendali bau telah terpasang di TPST Sendangsari. Reaktor tersebut telah terhubung antara ducting dengan blower yang berada di dalam bangunan TPST Sendangsari.
Fungsi reaktor itu untuk menekan bau tak sedap yang muncul saat pengolahan sampah. Walau begitu, dia memastikan alat ini belum sepenuhnya operasional. Ini karena ada dua reaktor pengendali bau yang akan terpasang. Seluruhnya berfungsi sama, agar bau tak begitu saja berembus ke udara lingkungan secara bebas.
Baca Juga:
Pemkab Banyuwangi dan Kementerian PU Bangun TPA-TPST Berkapasitas 500 Ton Per Hari
"Sore ini sudah merampungkan proses pemasangan reaktor pengendali bau dengan duchting yang terhubung dengan blower di dalam. Tapi ini masih satu, kalau total nanti ada dua reaktor yang terpasang," jelas Djoko saat dihubungi melalui sambungan telepon, Rabu (5/2/2025) sore.
Djoko menuturkan instalasi reaktor pengendali bau tidaklah mudah. Ini karena harus presisi agar tak ada kebocoran sehingga aliran udara dapat mengalir optimal dari dalam bangunan ke reaktor pengendali bau.
"Jadi setelah terpasang semua juga masih ada tahapan uji coba dulu. Pemasangan ternyata juga tak mudah karena harus presisi agar tidak bocor alirannya. Saat ini masih satu reaktor yang terpasang, satunya belum," katanya.
Baca Juga:
Penutupan TPA Pesalakan dan Penolakan TPA Purana Perparah Masalah Sampah Pemalang
Dalam kesempatan ini, pihaknya telah bersurat ke Pemkab Sleman. Kaitannya adalah pembatasan distribusi pengolahan sampah ke TPST Sendangsari. Tepatnya sampah dari wilayah lain di luar Kapanewon Minggir.
Berdasarkan pemantauannya, bau tak sedap muncul dari sampah yang datang. Terlebih sampah-sampah tersebut datang dalam kondisi basah dan tak terpilah. Alhasil bau tak sedap muncul setiap armada truk sampah datang.
"Sudah kami usulkan sejak Mei 2024 dan berkali-kali, agar selama masa penyempurnaan pasang alat dan masa uji coba, untuk kuota olah sampah dan kuota transit penyimpanan RDF dari luar TPST Minggir sebelum dibawa ke Cilacap dikurangi dulu. Permasalahan bau itu sebenarnya dari sampah yang datang ini," ujarnya.
Dalam usulannya tersebut, Djoko juga menyertakan sejumlah catatan lainnya. Di antaranya meninggikan cerobong asap dan meninggikan tembok pagar. Adapula menanam pohon besar pemecah angin yang bersifat aromatis untuk mengurangi bau tak sedap.
"Tapi utamanya kalau bisa malah dikurangi dulu kiriman ke TPST Sendangsari. Untuk fokus penyempurnaan dan uji coba pemasangan alat reaktor pengendali bau," katanya.
Terpisah, Dukuh Padon-Plaosan, Nur Widada menuturkan hari ini bau tak sedap masih tercium hingga permukiman warga. Wilayahnya berada di selatan TPST Sendangsari. Tepatnya berjarak 300 meter.
Meski terpisah hamparan sawah, Widada memastikan bau tak sedap tetap masuk ke permukiman. Kondisi ini telah dirasakan selama 3 bulan terakhir. Rentang waktunya tak pasti dari pagi hingga sore hari.
"Benar masih, ini saya mengabarkan hari ini bau masih tercium sampai rumah saya dan tetangga. Bahkan rumah yang berjarak 150 meter ke selatan dari rumah saya juga mencium bau menyengat," ujarnya.
Dia berharap agar ada solusi atas kemunculan bau tak sedap ini. Diakui olehnya, bau tak sedap baru muncul beberapa bulan belakangan. Padahal saat awal TPST Sendangsari berdiri, wilayahnya tidak terdampak bau tak sedap.
"Ya baru kali ini, kurang lebih 3 bulanan ini muncul bau tak sedap. Dampaknya ya ke kesehatan warga dan kenyamanan lingkungan. Mohon segera ada solusi, kalau setiap hari seperti ini juga tidak kuat," katanya.
[Redaktur: Amanda Zubehor]