Dalam cerita pewayangan, gamelan Lokananta hanya ditabuh secara khusus sebanyak dua kali, yakni pada acara pernikahan Baladewa dengan Erawati dan Pernikahan Arjuna dengan Sembadra.
Selain itu, tema tersebut diambil sebagai wujud rasa syukur masyarakat Kota Yogyakarta yang telah berhasil melewati masa pandemi Covid-19.
Baca Juga:
Pj Gubernur Gorontalo Harapkan Festival Maleo Dorong Ekonomi di Bone Bolango
Acara ini juga merupakan bentuk dukungan terhadap gamelan yang ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan (UNESCO).
Adapun masing-masing kemantren yang berpartisipasi pada karnaval tersebut mengusung berbagai penokohan wayang yang berbeda. Tokoh-tokoh wayang tersebut diambil dari berbagai tokoh yang terlibat dalam lakon Arjuna Anugraha.
Penokohan wayang yang diusung adalah Bathara Guru (Kemantren Danurejan), Bathara Durga (Kemantren Umbulharjo), Bathara Gana/Ganesha (Kemantren Gedongtengen), Arjuna dan Sembadra (Kemantren Gondomanan), serta Baladewa dan Erawati (Kemantren Wirobrajan).
Baca Juga:
Dispar Gorontalo Siapkan Festival Maleo Masuk Kharisma Event Nusantara 2025
Selanjutnya, Bidadari pembawa Klepu Dewandaru (Kemantren Pakualaman), Bathara Wisnu (Kemantren Mantrijeron), Bathara Brahma (Kemantren Tegalrejo), Bathara Indra (Kemantren Kraton), Bathara Bayu (Kemantren Ngampilan), dan Bathara Narada (Kemantren Gondokusuman).
Kemudian, Bathara Supraba (Kemantren Jetis), Kamajaya Kamaratih (Kemantren Kotagede), dan Cingkarabala Balaupata (Kemantren Mergangsan). Pada kegiatan tahun ini, Wayang Jogja Night Carnival memiliki rute sepanjang 1,2 kilometer (km), mulai dari Jalan Jenderal Sudirman, Tugu Yogyakarta, hingga Jalan Margo Utomo.
Selain pertunjukkan wayang, karnaval tersebut menyuguhkan beragam penampilan, seperti seni koreografi, busana, musik kontemporer, dan permainan lighting.