Selain keuangan yang berdarah-darah, dampak serius akibat over supply listrik adalah, PLN makin sulit mendapatkan pinjaman baru karena risiko keuangan yang meningkat, sekaligus ketergantungan pada pembangkit berbahan bakar batu bara menurunkan minat kreditur baik bank maupun investor dalam melakukan pembelian surat utang PLN.
"Kalaupun ada yang memberi pinjaman konsekuensi bunga akan sangat mahal, interest payment PLN bisa bengkak. Repot juga, suku bunga sekarang terus naik, terutama bunga global bond ditambah isu lingkungan jadi tantangan utama PLN," tandas Bhima.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
Direktur Distribusi PLN Adi Priyanto mengatakan kelebihan pasokan listrik yang terjadi saat ini lantaran imbas dari prediksi pertumbuhan ekonomi yang meleset. Sementara PLN sudah menyiapkan beberapa pembangunan infrastruktur ketenagalistrikan.
"Ini tentunya kami juga berusaha bagaimana demand ini bisa tercapai dengan adanya pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19 jadi lebih bagus. Harapan baru bagi kami bisa matching antara pembangkit listrik tadi dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang ada," ujarnya dalam diskusi PMN BUMN, Untuk Apa Sih?, Kamis (29/9/2022).
Ia pun berharap agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia semakin membaik ke depannya. Sehingga hal tersebut dapat menekan oversupply yang terjadi saat ini.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
Lebih lanjut, menurut dia dengan di bangunnya industri di Batang dan sebagainya, ia berharap dapat membantu menyerap kelebihan pasokan listrik yang ada. Selain itu, PLN juga tengah berupaya agar dapat menunda pengoperasian atau Commercial Operation Date (COD) pembangkit listrik.
"Harapan kami bisa yang usaha-usaha kemarin bahwa PLN ini menunda COD untuk matching dengan demand dengan menunda COD pembangkit. Ini kerja keras teman-teman PLN untuk menegosiasi," kata dia.[zbr]