"Yang di pasar harga belum sesuai HET. Karena mereka masih ada stok lama. Mereka juga ada pembelian harga tinggi dari suplier," ujarnya.
Jika diruntut proses pemasokan minyak goreng dipasaran cukup panjang.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Rantai pemasok itu dimulai dari broker 1 atau distributor pertama kemudian diterima oleh distributor kedua, ketiga dan seterusnya.
Yanto memastikan tidak ada oknum distributor yang melakukan penimbunan stok minyak goreng di DIY.
"Kemarin para distributor kami panggil. Kami pastikan tidak ada penimbunan. Sebab kalau mau nimbun mereka bisa rugi sebab harga masih di HET," ungkapnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Dengan adanya data di lapangan serta penuturan para distributor itu, Yanto menyimpulkan bahwa kelangkaan minyak goreng terjadi karena adanya fenomena panic buying oleh masyarakat.
Meskipun sesuai ketentuan yang telah diatur setiap orang hanya dibolehkan maksimal membeli 2 liter minyak goreng.
"Penyebab langka jelas karena panic buying. Meski sudah dibatasi masyarakat kadang membeli ngajak saudara, anak dan keluarganya," tegas dia.