"Saat pandemi kemarin banyak perusahaan yang 'kolaps' jadi tidak bisa memberikan pelayanan untuk mudik tahun ini," ujar Hantoro.
Karena tahun ini tidak ada aturan pembatasan penumpang, ia meyakini okupansi atau tingkat keterisian bus akan terus meningkat hingga menyentuh 100 persen mendekati hari-H lebaran.
Baca Juga:
Organda Bali Siagakan 245 Bus di Terminal Mengwi Jelang Mudik Lebaran
"Kami yakin akan terus meningkat. Kalau saat ini okupansi penumpang kami masih belum mencapai 10 persen karena sekarang belum mulai masa mudik dan yang namanya bulan puasa enggak ada orang berwisata," kata dia.
Hantoro berharap masyarakat memaklumi apabila semakin mendekati lebaran tarif bus mengalami kenaikan baik untuk bus antarkota antarprovinsi (AKAP) maupun bus pariwisata seiring dengan tingkat kemacetan yang mempengaruhi lama perjalanan.
"Semakin mendekati hari-H semakin tinggi. Kenaikan tarif itu karena kami juga menanggung risiko kemacetan, yang semestinya perjalanan ke Jakarta dua hari, nanti bisa tiga hari sampai empat hari tentu kami menanggung beban," kata dia.
Baca Juga:
Pemkab Bogor Batasi Kenaikan Tarif Angkutan Umum Maksimal Sebesar Rp2.000
Untuk menjamin keamanan penumpang selama mudik, perusahaan anggota Organda DIY beserta dinas hubungan telah melakukan uji kelaikan guna memastikan kondisi kendaraan laik jalan.
"Kami tidak akan mungkin melewatkan uji kelaikan, kemudian dari dinas ada, dari kementerian juga ada. Untuk awak angkutannya juga disiapkan biaya kesehatan dari Jasa Raharja Cabang Yogyakarta," ujar Hantoro.[zbr]