Sampah yang masuk lanjutnya akan dikenakan biaya hingga ratusan ribu. Hasil dari pembayaran itu digunakan untuk menggaji pekerja dan sebagai kas warga karena lalu lalang truk sampah melintas jalur eks tambang.
"Karena saya libatkan jalan bekas tambang, saya ada kas TPR buat warga Rp 20 ribu per rit-nya," terangnya.
Baca Juga:
Pemkot Jogja Didorong Gencarkan Pengelolaan Sampah di Kelurahan dan Kemantren
Dilansir detikJogja, terlihat kondisi lokasi yang semula adalah pekarangan kosong berubah jadi lubang berukuran cukup besar. Lubang itu telah dipenuhi timbunan sampah yang sebagian sudah hangus dibakar. Adapun mayoritas sampah di sini adalah sampah rumah tangga seperti sayuran dan berbagai jenis plastik.
Terlihat pula sebuah ekskavator yang terparkir di sekitar lokasi tersebut. Sejumlah orang juga terlihat sedang beraktivitas memungut sampah di sini. Tak jauh dari lokasi ini terdapat permukiman warga yang jaraknya kurang dari 200 meter.
Sementara itu, Lurah Banaran, Haryanta mengatakan tempat ini telah didatangi oleh pihak berwenang. Hal ini sebagai tindak lanjut atas laporan masyarakat yang disebut-sebut terganggu dengan operasional pemilahan sampah tersebut.
Baca Juga:
Pemkot Jogja Percepat Pengelolaan Sampah dengan Menambah Jumlah Mesin Insinerator
"Yang rawuh tadi ada unsur dari Dinas Lingkungan Hidup Kulon Progo, Panewu, Kapolsek, serta Danramil. Kemudian ada Babinsa, Bhabinkamtibmas, terus ada Puskesmas Galur Dua, pamong kami sebagian lalu warga masyarakat, mulai dari dukuh, RT, semuanya tadi," kata Haryanta saat ditemui di Balai Kalurahan Banaran, Selasa (4/2/2025).
Haryanta menerangkan tempat ini beroperasi sejak Minggu (2/2). Pengelolanya adalah warga setempat.
Hartono mengungkapkan, warga itu sempat mendatangi dirinya dan meminta izin membuat lubang sampah. Haryanta mengira jika lubang itu berukuran kecil dan hanya sebatas menampung sampah pribadi. Namun belakangan baru ketahuan jika sampah didatangkan dari luar daerah termasuk Kota Jogja.