WahanaNews-Jogja | Yogyakarta menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa. Namun, di sisi lain orang-orang di sana punya Angka Harapan Hidup (AHH) tinggi alias panjang umur.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per September 2022, Yogyakarta memiliki tingkat kemiskinan 11,49 persen dengan jumlah penduduk miskin mencapai 463.630. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan periode Maret 2022 sebesar 457.760 orang.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
Meski demikian, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah ini mengalami penurunan hingga 0,42 persen poin. Apabila dibandingkan September 2021, jumlah penduduk miskin September 2022 turun 10,9 ribu orang.
Selain menjadi provinsi termiskin di Pulau Jawa, Yogyakarta juga merupakan daerah dengan besaran upah minimum provinsi (UMP) terkecil kedua. UMP Yogyakarta pada 2023 sebesar Rp 1.981.782,36. Meski begitu, angka ini naik 7,65 persen dari besaran UMP tahun sebelumnya, yakni Rp 1.840.915,53.
Kendati disebut sebagai provinsi termiskin di Jawa, penduduk Yogyakarta rupanya memiliki AHH tinggi. Berdasarkan data BPS pada 2021, Yogyakarta adalah provinsi dengan AHH tertinggi di Indonesia.
Baca Juga:
Pemerintah Kota Yogyakarta Berkomitmen Wujudkan Three Zero HIV/AIDS pada Tahun 2030
AHH ini dibedakan berdasarkan gender perempuan dan laki-laki. Untuk perempuan, AHH-nya adalah 76,89 tahun sedangkan laki-laki AHH-nya adalah 73,27 tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan AHH Indonesia, yaitu 73,5 tahun.
Arti dari AHH ini adalah seorang bayi dapat bertahan sampai usia tertentu, di mana di Yogyakarta mencapai sekitar 75 tahun. AHH yang tinggi ini dapat dipengaruhi dari adanya perbaikan status kesehatan masyarakat, termasuk peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan di daerah tersebut.
Sementara itu, mantan Menteri Kesehatan Nila Moeloek pernah mengatakan ada dua faktor yang menyebabkan AHH DIY tinggi, yaitu gaya hidup dan budaya.