"Ini yang belum kita (bahas), wong tolnya belum jelas jadi masih nanti mau dipindah di mana. Tapi itu kan gampang kan cuma satu. Kalau banyak repot," kata Mardiharto saat ditemui di kantor Kelurahan Tirtoadi, Senin (16/10/2023) dan dikutip Selasa (17/10/23).
Dia bilang salah satu solusi yang bisa ditawarkan yakni makam bisa dibongkar dan untuk sementara disemayamkan di lokasi tertentu. Tetapi, harus ada kesepakatan warga sebelum melakukan tindakan apapun.
Baca Juga:
Dinas Kesehatan Gunungkidul Imbau Masyarakat Waspadai Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dengue
"Kalau satu (makam) itu mungkin nanti tanahnya dikasihkan di peti, disemayamkan dulu di masjid sampai dicarikan tempat itu ya ndak masalah. Tapi itu menunggu," ujar Mardiharto.
Meski demikian, sebagai salah satu trah Kyai Kromo Ijoyo, Mardiharto ingin aga makam dibangun lebih sip. Namun, lagi-lagi dia menunggu kepastian kontraktor tol dan berdiskusi dengan warga.
"Ya nunggu aja. Itu kan nanti mesti ada (lokasi pengganti). Tapi yang jelas itu ya kalau dari saya ingin pengennya dipindah di gumuk, artinya tanah yang munthuk tapi di situ kan nggak ada. Paling nanti ya makamnya akan kita naikkan, tapi itu kan nanti kesepakatan warga. Iya (bangunnya) lebih baik," kata dia.
Baca Juga:
Pemerintah Salurkan Rp327,2 Miliar untuk Turunkan Prevalensi Stunting di DIY
Dihubungi terpisah, Humas PT Adhi Karya Pembangunan Tol Solo-Jogja, Agung Murhandjanto, mengatakan soal makam yang terdampak tol merupakan tanah kasultanan. Dia bilang serat palilah untuk pemanfaatan tanah kasultanan telah diterbitkan oleh Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
"Untuk makam di DIY itu kan tanahnya tanah kasultanan meskipun di desa tanahnya tanah kasultanan. Nah, palilah dari kasultanan itu sudah ada untuk PSN (proyek strategis nasional) pembangunan tol, tapi untuk makamnya itu kan mesti ada relokasi, dipindahkan. Nah itu kan nunggu, pertama nunggu lahannya penggantinya siap," kata Agung saat dihubungi wartawan kemarin siang.
[Redaktur: Amanda Zubehor]