"Secara prinsip kalau teman-teman KPPS kita lebih mengarahkan agar konsentrasi ke teknis pemilunya. Sedangkan kita warga dengan teman-teman pemuda membantu melengkapi perlengkapan pendukungnya," kata dia.
Selaras dengan konsep pengelolaan sampah, anggota KPPS yang bertugas di TPS 14 kompak tidak mengenakan baju resmi, melainkan hanya memakai kaus lengan pendek dengan handuk di leher.
Baca Juga:
KPU Kota Pekalongan Fasilitasi Pendampingan Pemilih Disabilitas dan Lansia Pilkada 2024
Di depan TPS terparkir sebuah gerobag sampah yang memuat seikat kayu kering yang masih bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Sebagai latar belakang bilik suara, terdapat kain putih berukuran besar bertuliskan "Sampah Agawe Masalah" serta "Wilayahe Resik Rejekine Asik - Pilih Sing Becik Negarane Apik".
"Slogan yang coba kita coba selaraskan antara permasalahan sampah dengan pemilu," kata dia.
Dimas berharap selepas menggunakan hak suara, masing-masing warga di wilayah itu semakin peduli dengan sampah.
Baca Juga:
KPU Sigi Pastikan Semua Surat Suara Rusak Diganti untuk Pilkada 2024
"Bagaimana masyarakat bisa mengolah kemudian memanfaatkan barang-barang yang bisa diolah lagi sehingga bisa mengurangi sampah yang dibuang," kata dia.
Salah seorang warga Ngampilan, Syarifa (23) mengapresiasi konsep TPS 14 karena selain unik juga amat terkait dengan kondisi penanganan sampah yang tengah dihadapi Kota Yogyakarta beberapa bulan terakhir.
"Konsepnya sederhana tapi maknanya dalam. Itu juga mempengaruhi bagaimana kita pilih pemimpin biar kebijakan pengelolaan sampah di Yogyakarta semakin baik ke depannya," ucap Syarifa selepas menggunakan hak pilihnya.