"Selanjutnya, target kami, pada tahun ini, minimal 50 persen dari enam padukuhan di Bantul sudah menyelesaikan permasalahan sampah dari tingkat yang paling bawah. Ini juga diharapkan menjadi bagian mewujudkan Bantul bersih sampah pada tahun 2025," jelasnya.
Sementara itu, Penggerak atau Koordinator Bank Sampah Ringinharjo, Patriex, menyebut bahwa teknis pengolahan bank sampah itu adalah masing-masing masyarakat setempat harus bisa memilah sampah dari rumah.
Baca Juga:
Bupati Bantul Tekankan Pentingnya Kader Posyandu dalam Peningkatan Kesehatan Masyarakat
"Setelah itu, sampah dikumpulkan sesuai dengan kategorinya, seperti kertas dan lain-lain. Lalu, diserahkan ke pihak ketiga dalam hal ini Pilah Berkah. Nah, sampah dari masyarakat yang disertorkan ke pilah berkah itu akan menghasilkan uang. Nominalnya yang didapatkan ya tergantung dari hasil sampah yang berhasil mereka kumpulkan," ucap dia.
Yanti (36), seorang warga setempat, mengaku senang dengan metode pengolahan sampah tersebut.
Sampah yang dibawa oleh masing-masing orang tersebut adalah sampah anorganik yang bersumber dari bekas produksi rumah tangga mereka.
Baca Juga:
Bupati Bantul: Kementerian PUPR Larang Penambangan Pasir di Sungai Progo Srandakan
"Ini memang sengaja yang dipilih adalah sampah anorganik, biar bisa dijual. Kalau sampah organik, enggak dijual. Yang organik itu diolah sendiri, ada yang ditimbun, ada yang diolah lainnya," tuturnya.
Metode pengolahan sampah an organik dengan cara dijual tersebut baru dilaksanakan pada saat ini.
Sebelumnya, sampah-sampah produksi rumah tangga mereka tidak dijual, tetapi dibuang ke pengolah sampah, sehingga masyarakat harus mengeluarkan uang untuk bisa membuang sampah.