Sejak dahulu pusaka Kanjeng Kyai Tunggul Wulung dipercaya memiliki kekuatan magis untuk menolak bala berupa wabah penyakit.
Seperti pada tahun 1820, wilayah Yogyakarta terserang wabah PEST.
Baca Juga:
Bupati Bantul: Kementerian PUPR Larang Penambangan Pasir di Sungai Progo Srandakan
Akibatnya banyak masyarakat kaya yang pergi meninggalkan Yogya. Sebaliknya, masyarakat miskin terpaksa pasrah di rumah mereka.
Guna menghadapi wabah tersebut, Sri Sultan Hamengkubuwono V dimohon untuk meminjamkan pusaka Kanjeng Kyai Tunggul Wulung untuk diarak.
Akhirnya, permohonan tersebut dikabulkan dan abdi dalem Keraton Yogyakarta diperintahkan untuk mengarak pusaka Kanjeng Kyai Tunggul Wulung.
Baca Juga:
DLH Bantul Perpanjang Penutupan Pasar Hewan Imogiri untuk Cegah PMK Ternak
Beberapa waktu berselang, wabah PEST pun menghilang. Namun beberapa tahun setelahnya, wabah PEST kembali dan membuat pusaka Kanjeng Kyai Tunggul Wulung kembali diarak.
Hal serupa juga terjadi pada tahun 1918 dimana saat itu terjadi wabah influenza dan juga kemarau panjang yang melanda. Wabah yang merebak itu sampai menelan hingga 1,5 juta jiwa.
Guna mengatasi kekacauan tersebut, pusaka Kanjeng Kyai Tunggul Wulung diarak dan para jagal diperintahkan untuk memotong kerbau betina putih.